Jumat, 05 Mei 2017

WAW! kulit singkong jadi tepung mocaf


BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Salah satu produk yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia adalah tepung terigu. Tepung terigu merupakan salah satu bahan dasar kebutuhan rumah tangga dan industri makanan. Tepung terigu dapat menjadi berbagai macam produk olahan, seperti mi, roti, kue, dan berbagai aneka makanan kecil. Tepung terigu menjadi produk penting bagi masyarakat Indonesia karena telah menjadi bahan baku yang telah banyak digunakan untuk menghasilkan berbagai macam produk.
Indonesia memiliki konsumsi yang besar terhadap produk tepung terigu, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu di Indonesia masih rendah. Tingkat produksi tepung terigu nasional yang masih rendah serta ketersediannya bahan baku tepung terigu yang berasal dari biji gandum ditentukan oleh produksi pertanian gandum.
Terigu merupakan produk pangan yang bisa dikatakan memenuhi hajat hidup orang banyak karena tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk berbahan dasar terigu cukup besar dan semakin meningkat dari tahun ke tahun dan diproteksi melalui kebijakan bea masuk anti-dumping, pembatasan kuota, dan berbagai regulasi yang dilakukan pemerintah.
Deregulasi menyebabkan pasokan terigu impor ke Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Selain itu, mahalnya harga tepung terigu juga menyebabkan tingginya biaya produksi bagi industri makanan berbahan dasar terigu sehingga industri kecil tepung terigu banyak yang gulung tikar dan berdampak pada menurunnya kapasitas produksi nasional. Selanjutnya kita menjadi semakin tergantung pada tepung terigu yang diproduksi dari negara lain.
            Adapun solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan pasokan terigu, yaitu dengan menciptakan produk substitusi seperti limbah kulit singkong yang dapat dijadikan tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu. Produk substitusi tepung terigu ini diharapkan akan mengurangi jumlah terigu impor dan meningkatkan jumlah pasokan kebutuhan tepung dalam negeri.
1.2. Rumusan Masalah
 Adapun rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana cara memanfaatkan limbah kulit singkong agar mempunyai nilai guna bagi masyarakat dan lingkungan?
2.      Bagaimana kualitas yang dihasilkan tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu?
3.      Bagaimana cara pembuatan limbah kulit singkong menjadi tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui cara memanfaatkan yang dapat diperoleh dari limbah kulit singkong agar mempunyai nilai guna bagi masyarakat dan lingkungan
 2. Untuk mengetahui kualitas yang dihasilkan dari tepung mocaf
3. Untuk mengetahui cara pembuatan limbah kulit menjadi tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca, sekolah, dan peneliti sendiri. Bagi pembaca agar dapat memanfaatkan limbah kulit singkong yang berada disekitar kita untuk dijadikan tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu sehingga limbah tersebut mempunyai nilai guna bagi masyarakat dan lingkungan. Disamping itu dengan adanya tepung mocaf diharapkan dapat mengurangi produksi limbah kulit singkong sebagai sampah organik.
Bagi sekolah agar dapat mengurangi produksi limbah kulit singkong sebagai sampah organik serta dapat memanfaatkan limbah kulit singkong yang berada disekitar kita untuk dijadikan tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu sehingga limbah tersebut mempunyai nilai guna bagi masyarakat dan lingkungan.
Bagi peneliti sendiri agar dapat mengetahui kualitas yang dihasilkan dari tepung mocaf, mengetahui cara pembuatan limbah kulit singkong menjadi tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu, dan mengurangi produksi limbah kulit singkong sebagai sampah organik.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Singkong
            Singkong (Mannihot esculenta Crantz) merupakan tanaman tahunan tropika dan subtropika  yang umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok karena kaandungan karbohidratnya yang tinggi dan daunnya bisa dijadikan sayuran. Dalam sistematika tanaman, singkong termasuk kelas Dicotyledoneae dan termasuk  famili Euphorbiaceae, genus Manihot yang memiliki 7.200 spesies. Tanaman singkong merupakan tanaman nomor tiga setelah padi dan jagung, sebagai tanaman sumber karbohidrat dan merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman yang lain. Di Indonesia tanaman ini memiliki nama lain lain, kasepe, ketela, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut cassava. Singkong (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan, kemudian dikembangkan di Brazil dan Paraguay. Singkong ditanam secara komersial di Indonesia pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara. (Salim, 2011:20) Singkong secara taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut.
            Tabel 2.1 Klasifikasi Singkong
Kingdom
Plantae
Divisio/Filum
Magnoliophyta
Class
Magnoliopsida
Ordo
Malpighiales
Famili
Euphorbiaceae
Genus
Mannihot
Spesies
Manihot esculenta
                                    (Salim, 2011:20-21)
            Singkong termasuk tanaman perdu berbatang lunak atau getas (mudah patah). Singkong berbatang bulat dan bergerigi yang terbentuk dari bekas pangkal tangkai daun. Bagian tengahnya bergabus. Tanaman singkong memiliki tinggi batang 1-4 meter. Daunnya memiliki tangkai panjang dan helaian daunnya menyerupai telapak tangan. Tiap tangkai mempunyai daun sekitar 3-8 lembar. Tangkai daun tersebut berwarna kuning, hijau, atau merah.
            Umbi singkong atau akar pohonnya panjang, dengan rata-rata diameter 2-3 cm dan panjang 50-80 cm, tergantung varietas singkong yang ditanam. Umbi singkong tidak dapat bertahan lama walau di simpan di dalam lemari pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat terbentuknya asam sianida (HCN) yang bersifat racun bagi manusia. (Salim, 2011:21-22) Dari kandungan racun umbi, singkong dapat dibedakan menjadi empat golongan antara lain:
a.       Kadar racun lebih kecil 50 mg/kg umbi yang diparut; singkong ini aman dikonsumsi.
b.      Kadar racun 50-80 mg/kg umbi yang diparut.
c.       Kadar racun 80-100 mg/kg umbi yang diparut.
d.      Kadar racun lebih besar dari 100 mg/kg umbi yang diparut. (Lord Broken, 2010)
2.1.1 Jenis-jenis Singkong
            Singkong berdasarkan umurnya dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni:
a.       Singkong berumur pendek (genjah) dan
Singkong yang berumur pendek berarti usia sejak mulai tanam sampai musim panen relatif lebih singkat yakni berumur antara 5-8 bulan.
b.      Singkong berumur panjang
Singkong yang berumur panjang antara 9-10 bulan. Bila dipanen sebelum usia tersebut hasilnya mengecewakan karena umbinya kecil-kecil dan kandungan patinya sedikit. Jadi paling tepat kalau dipanen setelah berumur 12-18 bulan. (Lord Broken, 2010)
Dalam seusia itu singkong dapat dipanen dengan hasil maksimal. Apabila panennya ditunda atau diperpanjang dari usia sebenarnya akan muncul masalah yakni umbinya banyak yang berkayu.
Jenis singkong yang digunakan untuk produksi tepung mocaf sebaiknya dipilih dari varietas unggul, yaitu memiliki kadar pati yang tinggi, rendemen yang tinggi, kadar air rendah, kulit tipis dan mudah dikupas, warna putih, dan ukurannya tidka terlalu kecil. Pada dasarnya semua jenis singkong dapat diolah dan diproduksi menjadi tepung mocaf, tetapi jenis singkong juga mempengaruhi pada mutu dan hasil produksi tepung mocaf. Beberapa jenis singkong yang memiliki mutu baik antara lain singkong meni, kaporo, Marekan, Gatotkoco, kaspro, indo, adira-4, Malang-6, UJ-3, UJ-5, dan lain-lain. (Salim, 2011:22-23)
Tabel 2.2 Data BPS produksi singkong di Indonesia (2004-2009)
No
Tahun
Produksi Singkong (ton)
1
2004
19.424.707
2
2005
19.321.183
3
2006
19.989.640
4
2007
19.802.508
5
2008
20.313.082
6
2009
62.561.146
2.1.2 Kandungan Nutrisi Singkong
            Dari segi gizi, singkong kaya karbohidrat sebagai sumber kalori. Selain itu singkong juga mengandung sedikit lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, serta vitamin B dan vitamin C. Secara umum kandungan nutrisi singkong adalah sebagai berikut. (Salim, 2011:23-24)
Tabel 2.3 Komposisi Singkong (per 100 gram bahan)
No
Komponen
Kadar
1
Kalori
146.00 kal
2
Air
62.50 gram
3
Fosfor
40.00 gram
4
Karbohidrat
34.00 gram
5
Kalsium
33.00 mg
6
Vitamin C
30.00 mg
7
Protein
1.2 gram
8
Besi
0.7 mg
9
Lemak
0.30 gram
10
Vitamin B1
0.06 mg
Sumber : Direktorat Gizi, Depkes R.I., (1981)
2.1.3 Kulit Singkong
            Kulit singkong sering kali dianggap limbah yang tidak berguna oleh sebagian industri berbahan baku singkong. Oleh karena itu, bahan ini masih belum banyak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja dan umumnya hanya digunakan sebagai pakan ternak. Kulit singkong dapat menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi, antara lain diolah menjadi tepung mocaf. Persentase kulit singkong kurang lebih 20% dari umbinya sehingga per kg umbi singkong menghasilkan 0,2 kg kulit singkong. Kulit singkong lebih banyak mengandung racun asam biru dibanding daging umbi yakni 3-5 kali lebih besar, tergantung rasanya yang manis atau pahit. Jika rasanya manis, kandungan asam birunya rendah sedangkan jika rasanya pahit, kandungan asam birunya lebih banyak. (Salim, 2011:79-80)
            Tabel 2.4 Kandungan nutrisi kulit singkong
Bahan kulit kering
Protein
Pektin
Serat kasar
Lemak
Ca
17,45 gram
8,11 gram
0,22 gram
15,20 gram
1,29 gram
0,63 gram
Sumber: B. Sudaryanto (1989)
2.2 Tepung Terigu
            Tepung terigu merupakan salah satu bahan dasar kebutuhan rumah tangga dan industri makanan. Tepung terigu dapat menjadi berbagai macam produk olahan, seperti mi, roti, kue, dan berbagai aneka makanan kecil. Tepung terigu menjadi produk penting bagi masyarakat Indonesia karena telah menjadi bahan baku yang telah banyak digunakan untuk menghasilkan berbagai macam produk.
            Terigu merupakan produk pangan yang bisa dikatakan memenuhi hajat hidup orang banyak karena tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk berbahan dasar terigu cukup besar dan semakin meningkat dari tahun ke tahun dan diproteksi melalui kebijakan bea masuk anti-dumping, pembatasan kuota, dan berbagai regulasi yang dilakukan oleh pemerintah. (Salim, 2011:1-2)
 Tepung terigu juga mengandung banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air. Jenis tepung terigu dibedakan atas kandungan protein yang dimiliki oleh tepung terigu dan kandungan protein pada terigu menentukan kandungan gluten. Kualitas protein serta gluten menentukan kualitas jenis gandum. Protein sangat terkait dengan glute, dimana gluten sendiri adalah suatu zat yang ada pada tepung terigu. Zat ini bersifat elastis dan kenyal. Semakin tinggi kadar proteinnya, semakin banyak gluten yang ada pada gluten tersebut, demikian pula sebaliknya. Semakin tinggi kualitas proteinnya, semakin bagus kualitas glutennya.
Tabel 2.5 Perbandingan komposisi tepung terigu dengan tepung mocaf
No
Komponen
Mocaf
Terigu
1
Kadar air
6,9%
12%
2
Kadar protein
1,2%
8-13%
3
Kadar abu
0,4%
1,3%
Kadar pati
87,3%
60-68%
5
Kadar serat
3,4%
2-2,5%
6
Kadar lemak
0,4%
1,5-2%
                                                                                  (Salim, 2011:13)
2.2.1 Jenis-jenis Tepung Terigu
            Berdasarkan kadar proteinnya, terigu diklasifikasikan sebagai berikut.
1.      Tepung berprotein tinggi (bread flour), memiliki kadar protein tinggi 11%-13%, sangat baik sebagai bahan pembuat roti, mi, pasta, donat, dan roti yang membutuhkan kekenyalan tinggi.
2.      Tepung berprotein sedang/serbaguna (all purpose flour), memiliki kadar protein sedang, 8%-10%, cocok sebagai bahan pembuat cake.
3.      Tepung berprotein rendah (pastry flour), memiliki kadar protein sekitar 6%-8%, sesuai untuk membuat kue renyah, seperti biskuit, kulit gorengan, atau keripik dan lain-lain. (Meta. 2008)
2.3 Tepung Mocaf
            Tepung mocaf (modified cassava flour) adalah tepung singkong yang telah dimodifikasi dengan perlakuan fermentasi memiliki karakteristik mirip terigu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengganti terigu. Pengembangan tepung cassava modifikasi (mocaf) telah banyak memberikan manfaat. Penggunaan tepung mocaf sebagai campuran bahan baku tepung terigu dapat menekan biaya konsumsi tepung terigu hingga 20%-30%.
            Tepung mocaf tidak memiliki kandungan gluten. Oleh karena itu, penggunaan tepung mocaf untuk menyubstitusi tepung terigu higga 100% akan menurunkan kualitas produk olahan baik cita rasa maupun tampilan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan trial error dalam penggunaan tepung mocaf sebagai bahan baku pengganti terigu sehingga dihasilkan komposisi campuran yang menghasilkan produk yang tidak mengubah karakteristik produk. Berdasarkan uji coba, berikut rasio perbandingan yang proporsional penggunaan tepung mocaf untuk menggantikan tepung terigu.
Tabel 2.6 Komposisi substitusi tepung mocaf terhadap tepung terigu
No
Produk Olahan
Tepung Mocaf Substitusi Tepung Terigu (%)
1
Ayam goreng
100
2
Donat
50
3
Bolu kukus
50
Dadar gulung
70
5
Mi
30-40
6
Martabak telor
40
7
Pastel
40
8
Puding
30
9
Roti tawar
30
10
Kue kering
100
11
Goreng-goreng
70-100
12
Kue nastar
75
13
Kue
75
14
Butter cakes
50
15
Spaghetti
25
                                                                        (Salim, 2011:6-8)
Tepung mocaf memiliki kandungan nutrisi yang berbeda dari tepung terigu. Perbedaan kandungan nutrisi yang mendasar adalah tepung mocaf tidak mengandung zat gluten (zat yang hanya ada pada terigu), yang menentukan kekenyalan makanan. Tepung mocaf berbahan baku singkong memiliki sedikit protein sedangkan tepung terigu berbahan gandum kaya protein. Tepung mocaf lebih kaya karbohidrat dan memiliki gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut yang lebih baik. Selain itu, tepung mocaf berwarna putih, lembut, dan tidak berbau singkong. (Salim, 2011:10)
           
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1  Definisi Operasional Istilah
Definisi operasional istilah dalam penelitian ini adalah
1)      Singkong (Mannihot esculenta Crantz) merupakan tanaman tahunan tropika dan subtropika  yang umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok karena kandungan karbohidratnya yang tinggi dan daunnya bisa dijadikan sayuran.
2)      Tepung terigu merupakan salah satu bahan dasar kebutuhan rumah tangga dan industri makanan.
3)      Tepung mocaf (modified cassava flour) adalah tepung singkong yang telah dimodifikasi dengan perlakuan fermentasi memiliki karakteristik mirip terigu sehingga dapat digunakan sebagai bahan pengganti terigu.
3.2  Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di rumah penulis di Jl. Inspektur Marzuki Rt 37 RW 11 No 2096 pada tanggal 21 Januari 2013 dengan tempo ± 12 hari.
3.3  Bahan, Alat, dan Prosedur Pembuatan
3.3.1        Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
a.       Singkong
b.      Air
3.3.2        Alat
Alat yang dibutuhkan antara lain:
a.       Timbangan untuk menimbang berapa banyak singkong yang dibutuhkan
b.      Pisau untuk mengupas kulit singkong dan memotong singkong menjadi slice
c.       Ember untuk mencuci singkong yang telah dikupas
d.      Tampah/terpal/koran untuk menjemur singkong yang telah dicuci
e.       Cobek/Blender untuk menghaluskan singkong yang telah kering dan menjadi tepung
f.       Alat pengayak untuk mengayak dan menghasilkan hasil yang lebih halus daripada hasil blender
3.3.3        Prosedur Pembuatan
Adapun prosedur yang dilakukan adalah:
1.      Timbang singkong secukupnya yang akan diolah
2.      Potong dan pisahkan kulit pertama dengan kulit kedua pada singkong
3.      Kupas kulit kedua dari kulit pertama pada singkong
4.      Cuci kulit yang telah dikupas
5.      Keringkan sejenak lalu dijemur selama ± 11 hari
6.      Kulit singkong yang telah kering dihaluskan hingga berbentuk butiran-butiran kecil dengan menggunakan blender
7.      Setelah berbentuk butiran-butiran kecil lalu ayak dengan menggunakan alat pengayak agar penghalusan terjadi secara maksimal
8.      Setelah diayak dan telah halus seperti tepung langkah selanjutnya adalah memasukkannya kedalam kemasan
3.4  Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Eksperimen dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui cara memanfaatkan yang dapat diperoleh dari limbah kulit singkong agar mempunyai nilai guna bagi masyarakat dan lingkungan, untuk mengetahui kualitas yang dihasilkan dari tepung mocaf, dan untuk mengetahui cara pembuatan limbah kulit menjadi tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu
3.5  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung dan dokumentasi
3.5.1        Observasi Langsung
Dalam perihal ini penulis menggunakan metode observasi langsung adalah metode pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh kasat mata dan digunakan untuk mengamati pemanfaatan limbah kulit singkong, kualitas yang dihasilkan, dan cara pembuatan limbah kulit singkong menjadi tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu
3.5.2        Dokumentasi
Penulis mengambil beberapa gambar pada saat melakukan eksperimen serta sumber dari buku maupun internet untuk memperjelas hasil yang didapat.
3.6  Teknik Analisis Data
Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif mengenai kualitas yang dihasilkan dari tepung mocaf. Analisis kualitatif artinya peneliti menganalisa dengan menggunakan kalimat-kalimat deskriptif dari data yang ada (bisa data kuantitatif maupun data kualitatif), seperti pengecekan data dan tabulasi, dalam hal ini sekedar membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan uraian dan penafsiran.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
          Berdasarkan hasil eksperimen, dapat diperoleh bahwa perbandingan antara hasil tepung mocaf dan tepung terigu adalah sebagai berikut
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Tepung Mocaf
Kriteria
Tepung Mocaf
Tepung Terigu
Warna
Cokelat muda
Putih bersih
Tekstur
Lebih kasar
Lebih halus
Bentuk
Butiran
Serbuk
    Adapun kelebihan dan kelemahan dari Tepung Mocaf. Kelebihannya:
1.      Cepat dalam proses pematangan
2.      Setelah matang berwarna kecoklatan dan seperti berpasir
Kelemahannya adalah lengket, penyatuan tepung terhadap pisang kurang bagus serta tidak dapat disimpan dalam kurun waktu yang lama, jika masih dilakukan maka akan terjadi seperti ini
Adapun kelebihan dan kelemahan dari Tepung Terigu. Kelebihannya:
1.    Tidak lengket
2.    Dapat disimpan dalam kurun waktu yang lama
3.    Setelah matang berwarna kecoklatan namun tidak seperti berpasir
Kelemahannya adalah lama dalam proses pematangan
Tabel 4.2 Perbandingan Biaya
No
Tahapan
Biaya
Tepung
Mocaf
Tepung Terigu
1.
Harga Singkong/kg
Rp3.000,00
Rp.7.000,00
Jumlah biaya
Rp3.000,00
Rp.7.000,00
Tabel 4.3   Hasil kuisioner dari sampel percobaan rasa, tekstur, dan bentuk dalam produk olahan  pisang goreng yang berbahan dasar tepung mocaf dan tepung terigu kepada para guru dan teman
No Sampel
Nama
Tepung Mocaf
Tepung Terigu
Rasa
Tekstur
Bentuk
Rasa
Tekstur
Bentuk
1
Hj. Lela Anggraini, M.Pd
Sama seperti tepung terigu biasa
Lengket dan tepung kurang terasa
Terlihat seperti pasir
Sama seperti tepung mocaf
Tidak lengket
Tidak berpasir
2
Noli Wibowo, S.Pd
Sama seperti tepung terigu biasa
Kasar
Sedikit berpasir
Sama seperti tepung mocaf
3
Susy Amizera, S.Pd
(bisa jadi pengganti)
Lama kelamaan pahit di belakang lidah
Kasar serta tepung dan pisang tidak menyatu
Seperti berpasir
4
Drs. Redi Wijaya, M.Erg
Enak
5
Rahdin Ahmad Mustofa Ghaleb Amami (X.B)
Pahit dibelakang lidah
Sedikit lengket
Sedikit berpasir
Kemanisan dan rasa pisang sedikit hilang
Tidak lengket
6
Nedia Chairunnisa
(X.B)
Rasa pisang masih terasa
Sedikit lengket
Permukaan seperti berpasir
Rasa pisang sedikit hilang
Tidak lengket dan sedikit keras
7
M. Ammar Luthfi Kurniawan
(X.B)
Rasanya kurang menyatu dengan pisang
Kasar dan lembut untuk ukuran tepung
Menyatu
Lembut dan kasar untuk ukuran tepung
8
Ratu Farah Nabila
(X.B)
Di luar kasar dan di dalam lembut
Tepung terasa
Adonan lebih keras dan di luar lembut
9
Novi Yulianti
(X.B)
Lebih enak
Lembut dan gurih
Enak
Sedikit keras dan tidak gurih
10
Anugerah Indah Mareta (X.B)
Enak
Lembut dan garing
Enak
Sedikit keras dan kelembutan
11
Amalia Rizkiyani (X.B)
Lembut dan lebih gurih
Campa
Kelet
12
Kamilah Putri (X.B)
Kasar dan menyangkut di tenggorokan
Enak
Mudah dicerna
4.2 Pembahasan
Berdasarkan tabel 4.1 menyampaikan bahwa perbandingan kriteria tepung mocaf dalam berbagai aspek. Dalam eksperimen kali ini aspek-aspek yang diamati adalah warna, tekstur, dan bentuk. Dapat dilihat bahwa tepung mocaf dengan tepung terigu yang sering kita gunakan berbeda. Tepung mocaf yang telah jadi jauh lebih berwarna kecokelatan dan dengan tekstur sedikit lebih kasar daripada tepung terigu biasanya serta dalam bentuk butiran. Sedangkan tepung terigu yang sering kita gunakan berwarna putih dengan tekstur lebih halus daripada tepung mocaf serta dalam bentuk serbuk.
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tepung mocaf yang dihasilkan oleh kulit singkong berwarna kecoklatan serta sedikit lebih kasar dibandingkan tepung terigu biasanya. Serta dalam hal ini juga dapat disimpulkan bahwa tepung mocaf yang berasal dari kulit singkong sangat bermanfaat dalam mengurangi limbah kulit singkong yang dihasilkan. Tak hanya itu, biaya yang dikeluarkan pun relatif lebih murah dibandingkan apabila kita membeli tepung terigu yang sering kita gunakan.
Adapun sampel percobaan rasa, tekstur, dan bentuk yang diambil dengan memberikan bentuk produk olahan pisang goreng yang berbahan dasar tepung mocaf dan tepung terigu kepada para guru dan teman telah menuaikan hasil.
1)      Menurut sampel 1 bahwa pisang goreng berbahan tepung mocaf mempunyai rasa yang sama seperti tepung terigu biasa, memiliki tekstur yang lengket dan tepung kurang terasa, dan bentuknya terlihat seperti pasir. Sedangkan pisang goreng berbahan tepung terigu juga mempunyai rasa yang sama seperti tepung mocaf, memiliki tekstur yang tidak lengket, dan bentukya tidak berpasir.
2)      Berdasarkan pernyataan sampel 2 bahwa pisang goreng berbahan tepung mocaf mempunyai rasa yang sama seperti tepung terigu biasa, memiliki tekstur yang kasar, dan bentuknya sedikit berpasir. Sedangkan pisang goreng berbahan tepung terigu juga mempunyai rasa yang sama seperti tepung mocaf.
3)      Berbeda dengan pendapat sampel 3 yang mengatakan bahwa pisang goreng berbahan tepung mocaf bisa dijadikan pengganti, tepung mocaf mempunyai rasa yang lama-kelamaan pahit di belakang lidah, memiliki tekstur yang kasar serta tepung dan pisang tidak menyatu.
4)      Lain halnya dengan sampel 4 yang mengatakan pisang goreng berbahan tepung mocaf mempunyai rasa yang enak.
5)      Berdasarkan produk olahan yang dihasilkan, sampel 5 mengemukakan bahwa pisang goreng berbahan tepung mocaf mempunyai rasa yang pahit dibelakang lidah, tekstur sedikit lengket, dan memiliki bentuk yang sedikit berpasir. Sedangkan pisang goreng berbahan tepung terigu mempunyai rasa yang kemanisan dan rasa pisang sedikit hilang, dan tidak lengket.
6)      Menurut hasil kuisioner yang didapatkan, sampel 6 menyatakan bahwa pisang goreng berbahan tepung mocaf memiliki rasa pisang yang masih terasa, tekstur yang sedikit lengket, mempunyai bentuk yang permukaan seperti berpasir. Dan menurutnya pisang goreng berbahan tepung terigu memiliki rasa pisang yang sedikit hilang dan tidak bertekstur lengket serta sedikit keras.
7)      Adapun pendapat dari sampel 7 yang memberikan keterangan bahwa rasa pisang goreng berbahan tepung mocaf kurang menyatu dengan pisang, tekstur yang dimiliki kasar dan lembut untuk ukuran tepung. Sedangkan rasa pisang goreng berbahan tepung mocaf menyatu dan bertekstur lembut serta kasar untuk ukuran tepung.
8)      Berdasarkan pisang goreng yang dihasilkan sampel 8 mengungkapkan tekstur di bagian luar kasar sedangkan bagian dalam lembut. Serta tepung terigu terasa dan memiliki adonan yang lebih keras sedangkan bagian luar lembut.
9)      Berbeda dengan sampel 9 yang berpendapat bahwa rasa pisang goreng yang berbahan tepung mocaf lebih enak serta bertekstur
10)  Lain halnya dengan sampel 10 yang berpendapat bahwa rasa pisang goreng yang berbahan tepung mocaf enak, lembut dan garing. Sedangkan rasa pisang goreng yang berbahan tepung terigu juga sama seperti tepung mocaf serta sedikit keras dan kelembutan.
11)  Sampel 11 berpendapat tentang tekstur yang dimiliki pisang goreng berbahan tepung mocaf yaitu lembut dan lebih gurih, sedangkan rasa dan tekstur yang dimiliki pisang goreng berbahan tepung terigu yaitu campa dan kelet
12)  Sampel 12 mengemukakan pendapatnya bahwa tekstur pisang goreng berbahan tepung mocaf kasar dan menyangkut di tenggorokan, sedangkan rasa pisang goreng berbahan tepung terigu enak dengan tekstur mudah dicerna.
    
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah, hasil penelitian, dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut
1)      Limbah kulit singkong mempunyai nilai guna bagi masyarakat dan lingkungan dengan cara menjadikan limbah kulit singkong tersebut menjadi tepung mocaf sebagai alternatif pengganti tepung terigu
2)      Adapun kualitas yang dihasilkan tepung mocaf berdasarkan sampel percobaan yang telah dilakukan bahwa tepung mocaf yang dihasilkan oleh kulit singkong berwarna kecoklatan serta sedikit lebih kasar dibandingkan tepung terigu biasanya. Dalam segi rasa, tekstur, dan bentuk disimpulkan bahwa tepung mocaf memiliki rasa yang sama seperti tepung terigu akan tetapi tepung mocaf yang dihasilkan kurang menyatu terhadap pisang, memiliki tekstur yang kasar pada permukaan pisang dan lembut di dalam pisang serta sedikit lengket, dan memiliki bentuk yang terlihat seperti berpasir pada permukaan pisang.
3)      Dalam pembuatan limbah kulit singkong menjadi tepung mocaf sebagai alternatif pengganti terigu diperlukan bahan dan alat berupa singkong, air, timbangan, pisau, ember, koran, blender, dan alat pengayak dengan melalui delapan tahap dimulai dari menimbang singkong kemudian memotong dan memisahkan antara kulit pertama dan kedua selanjutnya pengupasan kulit kedua dari kulit pertama lalu cuci kulit yang dikupas setelah itu dikeringkan sejenak dan dijemur dalam jangka waktu ± 11 hari seterlah kering lalu haluskan kulit dengan blender agar kulit berubah menjadi butiran dan tahap terakhir hasil tersebut dilakukan pengayakan agar dapat menghasilkan tepung mocaf yang diinginkan, dalam langkah finishing dilakukan dengan memberi kemasan pada tepung mocaf.
5.2 Saran
Adapun saran yang diberikan kepada masyarakat terhadap hasil penelitian sebagai berikut
1)      Tepung mocaf dapat menjadi alternatif pengganti terigu akan tetapi dalam segi waktu yang diperlukan dalam pembuatan tepung mocaf membutuhkan waktu yang relatif lama sedangkan mayoritas masyarakat lebih memilih cara praktis, cepat, dan mudah didapatkan dengan cara membeli. Oleh sebab itu, untuk mengurangi kenaikan permintaan terigu pada masyarakat dapat dilakukan melalui sosialisasi cara pembuatan tepung mocaf guna mengenali kepada masyarakat bahwa tepung mocaf dapat menjadi substitusi bagi terigu.
2)      Disarankan agar masyarakat peduli terhadap lingkungan dan menyadarinya bahwa apa yang telah tersedia disekitar kita dapat kita jadikan sesuatu yang mempunyai nilai guna bagi setiap kalangan masyarakat.
3)      Masyarakat dapat membuat dan menggunakan tepung mocaf sebagai substitusi terigu apabila di masa mendatang terigu mengalami kelangkaan.
4)      Disarankan agar masyarakat dalam pemakaian tepung mocaf dalam suatu produk olahan tidak menyisakan tepung tersebut apalagi disimpan dalam kurun waktu yang lama karena itu merupakan kelemahan yang dimiliki tepung mocaf (lihat Gambar 4.13)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar